jumpapoker jumpabet togel online terpercaya togel online terpercaya


Situs Agen Poker TerpercayaGameInfoBank SupportMin. DepositLink Daftar
CHAMPIONTOTO (Popular)Situs Bola, Bandar casino, Slot, Togel, Tembak Ikan, poker, Agen Togel, Situs Togel Singapura, Bandar Tebak sekor Bonus New Member 100%, Bonus Cash back 7%, Bonus Rolingan 0.7%, Proses Depo dan Withdraw CepatBCA - BNI - BRI - MANDIRI - CIMB10.000
Agen bloa dan poker online
JUMPA POKER (Recommended)Poker Online, Bandar Ceme, Capsa Susun, Domino QQ, Omaha, Super 10Bonus New Member 50%, Bonus deposit harian 10%, Bonus Cashback up to 0,5%, Bonus Referral 15%BCA - BNI - BRI - MANDIRI - CIMB10.000
Agen taruhan bola online
Situs Agen Bola TerpercayaGameInfoBank SupportMin. DepositLink Daftar
JUMPABET BET (Safety)Sportsbook, Live casino, Live Games, Game Tembak Ikan, dan TogelSitus Taruhan Online Terpercaya di indonesia saat iniBCA - BNI - BRI - MANDIRI - CIMB25.000
Agen Bola Online
JUMPAPOKER (Top)Sportsbook, Live casino, Live Games, Game Tembak Ikan, dan TogelSitus agen bola online terbaik dengan proses depo wd tercepat di indonesiaBCA - BNI - BRI - MANDIRI - CIMB25.000
Klik 4d isin 4d

Cerita Dewasa Rumah Kami Surga Kami


Cerita Dewasa Rumah Kami Surga Kami - Senin pagi Mama, Mbak Ita dan Yoga pada pulang dari Semarang. Tapi Papa tak pulang bersama mereka. Kata Mama, Papa masih akan berada di Semarang, karena ada urusan keluarga besar yang harus diurusnya.

Sorenya, baru saja aku pulang kuliah, Mama minta diantarkan ke mall. Banyak yang mau dibeli, katanya.

Memang Mama sering mengandalkanku nyetirin mobilnya, meski dia bisa nyetir sendiri. Bahkan Papa juga terkadang suka minta disetirin olehku.

“Kalau gitu aku mau mandi dulu, ya Mam, “ kataku minta izin kepada ibu tiriku.

“Iya mandi dulu deh. Makan malam sih nanti aja di mall, sambil temenin mama makan. “

“Siap Mam, “ sahutku, lalu bnergegas masuk ke dalam kamarku. Dan masuk ke dalam kamar mandi pribadiku.

Setelah mandi, kukenakan celana jeans dan baju kaus berwarna biru tua. Lalu mengambil kunci mobil Mama yang tergantung di atas lemari kecil ruang keluarga.

Mesin mobil Mama kupanaskan beberapa menit, kemudian kukeluarkan dari garasi. Mama pun muncul di teras depan dan melangkah ke pintu mobil sebelah kiri depan.

Sesaat kemudian aku sudah meluncurkan mobil Mama di jalan aspal.

Lalu terdengar suara Mama di samping kiriku, “Sam... di mall itu kan ada hotel. Pintu liftnya juga ada di dekat tempat parkir kan ?”

“Iya. Emangnya kenapa Mam ?” aku balik bertanya.

“Nanti pada waktu mama belanja, kamu cek in aja di hotel itu. Ada suatu hal penting yang ingin mama sampaikan. Tapi mama ingin menyampaikannya dalam keadaan tenang, jangan sampai ada orang ikut dengar. “

Meski heran kuiyakan saja perintah ibu tiriku itu. Lalu Mama memberikan sejumlah uang untuk membooking kamar hotel itu.

Setibanya di parkiran mall langganan Mama itu, kami berpisah. Mama masuk ke mall, sementara aku melangkah ke pintu lift yang menuju hotel itu. Untuk melaksanakan tugas dari Mama.

Setelah mendapatkan kamar yang diinginkan, aku pun menghubungi Mama lewat hapeku. Untuk melaporkan nomor kamar yang sudah dibooking atas namaku.

“Iya. Dalam seperempat jam juga mama udah selesai belanjanya dan langsung ke situ, “ sahut Mama di speaker hapeku.

Aku pun rebahan di bed, sambil menunggu Mama datang. Sementara pintu kamar hotelnya sengaja tidak dikunci, supaya Mama bisa langsung masuk nanti.

Sebenarnya aku penasaran juga. Masalah apa sebenarnya yang ingin Mama sampaikan nanti ? Sedemikian penting dan rahasiakah sehingga harus menyewa kamar hotel segala ?

Ah... mudah-mudahan saja Mama bukan mau menanyakan masalah Mbak Ayu. Kalau hal itu yang ditanyakannya, pasti aku akan sulit menjawabnya.

Tak lama kemudian Mama masuk, sambil menjinjing kantong plastik besar.

“Kok cepat sekali belanjanya Mam ?” tanyaku sambil memperhatikan Mama yang saat itu mengenakan celana corduroy biru tua dan blouse putih ditutup sweater biru tua juga.

“Kan sudah dipesan sejak seminggu yang lalu. Keburu berangkat ke Semarang, pesanannya baru bisa diambil sekarang. Nih ada t-shirt buat kamu juga, “ kata Mama sambil menyerahkan t-shirt import yang merknya paling kusukai.

“Hehehee... terima kasih Mam, “ sambutku sambil merentangkan t-shirt itu, Mama sendiri beli apa aja tuh ?”

“Pakaian dalam semua, “ sahut Mama sambil mengeluarkan isi kantong plastik besar itu. Isinya memang beberapa buah beha dan beberapa celana dalam wanita.

Dan... di depan mataku, Mama melepaskan celana corduroy, sweater dan blouse putihnya. Degdegan juga aku melihatnya.

Terlebih setelah Mama melepaskan behanya, mungkin karena mau mencoba beha barunya. Tapi tidak... Mama malah bertolak pinggang di depanku, dalam keadaan cuma bercelana dalam. Memamerkan sepasang payudaranya yang tampak masih bagus, mungkin karena pandai merawatnya.

“Tetek mama masih bagus kan ?!” cetus Mama sambil mengangkat kedua payudaranya.

“Ma... masih.. ba.. bagus sekali Mam,” sahutku tergagap. Karena sesungguhnyalah sepasang payudara ibu tiriku itu... merangsang sekali.

Mama tersenyum ceria. Lalu menarik tangan kananku dan menempelkan telapaknya di payudara kiri Mama, “Peganglah... remas juga boleh... biar kamu tau kalau buah dada mama masih kencang... “

“Iii... iya Mam... “ sahutku tersendat lagi. Sambil memegang payudara yang agak montok itu (tapi tidak segede payudara Mbak Ayu).

“Remaslah... jangan takut-takut, “ kata Mama sambil menatapku dengan bola mata bergoyang perlahan.

Aku pun meremasnya seperti yang diminta oleh Mama. Wow... ternyata payudara Mama lebih kencang daripada payudara anaknya (Mbak Ayu). Tapi tentu saja aku tak berani mengatakan masalah Mbak Ayu. Karena masalah itu sudah menjadi rahasiaku juga.

“Seperti payudara gadis remaja, “ ucapku, “Diapain Mam ? Apakah diisi silicone ?”

“Iiih, nggak. Mama sih cuma rajin minum jamunya aja. Mmm... kamu seneng sama buah dada mama ?”

“Se... seneng Mam. Tapi campur takut... “

“Takut apa ?”

“Takut ketahuan Papa. “

“Kan sekarang kita hanya berduaan di sini. Papa seminggu lagi baru pulang dari Semarang. Santai aja... apa pun yang terjadi di sini, jadikan rahasia kita berdua aja, “ kata Mama sambil memelukku, sehingga aku semakin degdegan karena sepasang payudaranya itu bertempelan ketat dengan dadaku.

“Sekarang jawab sejujurnya, mama ini menarik gak bagimu ?” tanya Mama sambil merapatkan pipinya ke pipiku.

“Mama cantik dan sangat menarik, “ sahutku jujur, seperti yang dimintanya.

“Kamu juga makin gede makin ganteng Sam, “ bisik Mama dengan tangan merayap ke celana jeansku... dan menurunkan ritsletingnya... membuatku semakin berdebar-debar, dengan nafas semakin tak beraturan. Terlebih lagi setelah tangan Mama menyelinap ke balik celana dalamku... lalu terasa menggenggam batang kemaluanku yang memang sudah ngaceng berat ini... !

“Wow... punyamu sudah keras gini Sam... “ Mama mendorongku sampai terhempas ke atas kasur... sementara tangannya masih memegang batang kemaluanku yang semakin tegang ini.

“Mama... oooh... aku... aku.... “

“Stttt... jangan heboh... makanya kamu diajak ke hotel ini, mama sedang membutuhkan sentuhan laki-laki... itulah hal penting yang mama maksudkan tadi di mobil, “ Mama berjongkok di depanku sambil menurunkan celana jeans dan celana dalamku, sampai terlepas dari kakiku.

Aku mulai mengerti apa yang Mama inginkan. Bayang-bayang wajah Papa pun mulai menjauh dari pelupuk mata batinku.

Memang aku sendiri bingung pada awalnya. Karena aku teringat janjiku pada Mbak Ayu. Bahwa aku akan benar-benar menyetubuhinya setelah ia mendapatkan pil anti hamil. Namun sebelum janji itu dilaksanakan, Mama sudah mendahuluinya. Adakah orang lain yang mengalami kisah seperti ini ?

Entahlah. Yang jelas Mama memasukkan batang kemaluanku ke dalam mulutnya, ooo, lupalah aku pada segalanya. Terlebih lagi setelah Mama melepaskan celana dalamnya, lalu melanjutkan aksinya, mengoral batang kemaluanku dengan lincahnya.

Aku cuma celentang pasrah. Membiarkan Mama berbuat sekehendak hatinya. Dan jelas... permainan lidah dan bibir Mama ini... luar biasa enaknya... !

Pada suatu saat, Mama berjongkok sambil memegang penisku yang diarahkan ke celah vaginanya.

Aku masih terdiam. Cuma bisa melihat penisku mulai “ditelan” sedikit demi sedikit oleh celah kemaluan ibu tiriku.

“Kamu sudah pernah menyetubuhi perempuan ?” tanya Mama setelah penisku lebih dari separohnya membenam ke dalam kemaluannya.

“Belum pernah Mam... “

“Sama sekali belum pernah ?”

“Belum... berani sumpah, belum pernah Mam... “

“Berarti sekarang ini untuk pertama kalinya ya ?”

“Iiii... iya Mam... “

Mama tersenyum, lalu mengayun pinggulnya naik turun, seperti joki yang sedang memacu kudanya. Liang kemaluan Mama pun terasa menggesek-gesek penisku. Dan ini membuatku terpejam-pejam, dalam nikmat yang sulit dilukiskan dengan kata-kata.

Tapi hanya belasan menit Mama beraksi dalam posisi WOT. Lalu Mama menggulingkan badannya ke sampingku, jadi menelentang dengan kedua paha dikangkangkan.

“Kalau mama main di atas, suka cepet orgasme. Lanjutkan posisi biasa aja Sam, “ kata Mama sambil mengelus-elus kemaluannya yang semakin jelas di mataku. Kemaluan Mama berjembut tapi tipis dan jarang sekali, tidak menghalangi pandangan pada bentuk kemaluannya yang indah... lumayan tembem dan agak ternganga.

Meski belum jadi lelaki yang berpengalaman dalam soal sex, aku tahu apa yang harus kulakukan. Berkat macam-macam pengetahuan sex yang pernah kupelajari selama ini, termasuk dari koleksi *******.

Namun ketika aku meletakkan puncak penisku di celah kemaluannya yang ternganga itu, Mama pun membantuku. Memegangi leher penisku, lalu mencolek-colekkan moncongnya ke ambang pintu kenikmatannya yang sudah basah dan licin. Kemudian Mama memberi isyarat agar aku mendorong penisku.

Aku pun mengikuti isyarat Mama itu. Kudesakkan penisku sekuatnya. Dan... mulai melesak masuk ke dalam liang kemaluan ibu tiriku.

“Oooh... sudah masuk, Sam... “ ucap Mama sambil merangkul leherku ke dalam pelukannya.

Dan penisku terasa semakin membenam ke dalam liang kemaluan Mama. Gila ! Terasa benar enaknya penisku bergesekan dengan liang kemaluan Mama yang begini hangat dan licinnya. Sementara Mama pun memagut bibirku, lalu melumatnya dengan hangatnya.

Sejenak Mama lepaskan lumatannya, karena mau bicara sambil menepuk pantatku, “Ayo entotin... jangan direndem gini... “

“Iii... iya Mam. Kalau salah benerin ya, “ sahutku sambil menarik penisku perlahan, lalu mendorongnya kembali... menariknya lagi dan mendesakkannya lagi.

Dan ini... luar biasa enaknya... ! Enak yang membuat nafasku tersendat-sendat dan berdengus-dengus, sementara Mama pun mulai berdesah-desah dengan dekapannya di pinggangku yang terkadang bercampur dengan remasan-remasan.

Sementara itu entotan penisku pun makin lama makin lancar. Sehingga makin lupa jugalah aku pada segalanya.

Aku sudah pernah merasakan syurnya menjilati kemaluan Mbak Ayu. Tapi apa yang sedang kulakukan bersama ibu tiriku ini, adalah pengalaman pertama kalinya bagiku. Pertama kalinya merasakan nikmatnya penisku mengentot liang kemaluan perempuan.

“Mama... aaaah.... ini enak sekali Mam.... aaaah.... me... memek Mama enak sekali Maaaa.... “ ucapku tersendat.

Mama pun menyahut terengah, “Oooooh.... kontol kamu juga... eee... enak sekali, Sam. Agak cepatin dikit ngentotnya Saaam.... iyaaaaa.... iyaaaaa.... mmmm... mama bakal lebih sayang lagi padamu Saaam.... “

Aku sudah sering nonton bokep. Sehingga hanya butuh waktu beberapa detik saja maka aku pun merasa sudah mulai “pandai” melakukan persetubuhan dengan ibu tiriku ini.

Dan ternyata ngentot Mama tiriku ini luar biasa enaknya. Sementara Mama pun kelihatannya sangat enjoy dengan apa yang sedang kulakukan ini. Berkali-kali leherku direngkuh ke dalam pelukannya, lalu bibirku pun dilumat dalam kehangatannya.

Bahkan pada suatu saat Mama membisikiku, “Nanti kalau terasa udah mau lepas, lepasin aja di dalam memek mama ya... biar kebujanganmu menjadi milik mama. “

“Iya Mam... “ hanya itu jawabanku, karena aku semakin asyik merasakan nikmatnya gesekan-gesekan antara penisku dengan dinding liang kemaluan ibu tiriku yang cantik dan seksi ini.

Ya... dari jarak yang sangat dekat ini aku bisa memperhatikan kecantikan Mama. Aku bahkan menilai Mama lebih cantik daripada anak-anaknya. Memang sepasang payudara Mama tidak segede payudara Mbak Ayu. Tapi bokong Mama lebih gede kalau dibandingkan dengan bokong Mbak Ayu mau pun Mbak Ita.

Dan yang jelas, sekujur tubuh ibu tiriku ini sangat padat. Bahkan perutnya pun terasa masih kencang, seolah belum pernah melahirkan.

Entah dengan cara apa Mama bisa merawat tubuhnya sampai sebegini bagus dan mulusnya. Yang aku tahu, Mama sangat rajin nge-gym. Hampir tiap pagi dia pergi nge-gym. Mungkin dia ingin agar tubuhnya tetap kencang, jangan ada yang kendur, meski usianya sudah kepala empat.



Cukup lama aku menyetubuhi Mama. Sehingga keringatku terasa mulai membersit dari pori-pori kulitku. Bahkan sebagian berjatuhan di wajah dan leher Mama. Tapi Mama tidak mempedulikannya. Bahkan pada suatu saat Mama berkelojotan sambil memelukku erat-erat. Lalu ia mengejang sambil meremas-remas bahuku dengan kencangnya.

“Saaaam.... oooooh.... mama udah le... lepasssssss...... “ rintihnya sambil memejamkan matanya rapat-rapat.

Lalu tubuh Mama terasa melemas. Matanya pun terbuka lagi, diiringi senyumnya yang tampak begitu sensual di mataku. Aura kecantikannya pun terasa memancar, membuatku tak ragu lagi untuk mencium bibir sensualnya.

Kemudian kulanjutkan lagi “perjalanan” birahiku yang belum selesai ini. Kuayun dan kuayun terus batang kemaluanku di dalam liang kemaluan Mama yang terasa sudah sangat basah ini.

Mama yang barusan tampak lemas dan letih, mendadak seperti dibangunkan lagi gairahnya. Bahkan dengan nada bersemangat ia membisiki telingaku, “Nanti kita lepasin bareng-bareng ya... biar nikmat... “

“Ca... caranya gi... gimana Mam ?” tanyaku terengah, tanpa mengurangi kecepatan entotanku.

“Nanti kalau mama mau lepas lagi, mama pasti kasihtau... terus kamu percepat entotannya secepat mungkin. “

“Iiii... iya... duuuh.... me... memek Mama kok makin enak gini Mam ?”

“Kontol kamu juga enak sekali, Sayang, “ Mama merapatkan pipinya ke pipiku sambil mengusap-usap rambutku.

Aku pun mulai mengayun penisku bermaju mundur di dalam liang kemaluan Mama yang terasa mulai legit lagi. Tidak terlalu becek lagi. Gila... ini bener-bener enak ! Enak yang membuat nafasku berdengus-dengus. Sementara Mama pun tidak berdiam diri seperti tadi. Mama mulai menggoyang pinggulnya... berputar-putar dan meliuk-liuk seperti perahu oleng di tengah samudra.

Mama seolah mengajakku berpacu menuju puncak kenikmatan. Pinggulnya meliuk-liuk dan menghempas-hempas ke kasur, menciptakan gesekan-gesekan yang ;luar biasa enaknya di penisku.

Aku pun semakin bersemangat untuk menggenjot penisku bermaju-mundur di dalam liang kemaluan Mama yang terasa semakin legit ini.

Keringatku pun bercucuran kembali. Begitu pula Mama. Dada dan lehernya terasa sudah membasah. Namun hal itu justru membuatku semakin bergairah untuk mengentotnya habis-habisan.

Sampai pada suatu saat Mama berkata terengah, “Ayo percepat entotannya Sam. Mama udah mau lepas lagi nih. Ooooh.... ooooh.... iyaaaaa.... percepat lagi.... iyaaaaa.... ! “
Aku mengayun penisku jauh lebih cepat... tak ubahnya seorang pembalap sepeda yang tengah mengayuh pedalnya menjelang garis finish. Makin lama makin cepat... makin cepat lagi.... dan akhirnya aku menahan nafasku sambil membenamkan penisku sedalam mungkin tanpa menariknya lagi. Sementara Mama pun sedang berkelojotan, lalu mengejang tegang sambil memeluk leherku erat-erat.... disusul dengan elahan nafasnya, “Aaaaaahhhhhhhh....... “

Pada detik itulah aku merasakan sesuatu yang indah... indah sekali... bahwa liang kemaluan Mama terasa berkedut-kedut, tepat pada saat moncong penisku tengah menyemnprot-nyemprotkan sperma di dalam liang kemaluan yang sedang berkedut-kedut itu. Cret....cret...crettttt.... crotttt...croooooottttt.... !

Aku menggelepar, lalu terkapar lunglai di atas perut ibu tiriku.



Setelah penisku lemas, lalu terlepas sendiri dari kemaluan Mama, aku menelentang di samping ibu tiriku. Pada saat itulah Mama mengusap-usap dadaku sambil berkata, “Kebujanganmu sudah tersimpan di dalam tubuh mama. Terima kasih, ya Sam. Mama akan semakin sayang padamu. “

“Tapi... bagaimana kalau nanti Mama hamil ?” tanyaku cemas.

“Itu takkan terjadi. Mama dan Papa sudah sepakat, bahwa mama jangan sampai hamil. Supaya mama tetap sayang kamu dan Yoga, sementara Papa pun akan tetap sayang pada Ayu dan Ita. Karena itu mama ikut KB sejak menikah dengan Papa. “

“Jadi... kalau begitu... aku bisa bebas menyetubuhi Mama nanti ?”

“Iya Sayang. Kalau kamu mau lagi, asalkan Papa gak ada di rumah, masuk aja ke kamar mama. Tapi jangan sampai saudara-saudaramu tau. “

Aku tersenyum senang mendengar ucapan Mama itu.

“Sebelum pulang, kita harus mandi dulu. Lalu makan di food court, “ ucap Mama sambil turun dari bed.

“Iya Mam, “ sahutku yang juga turun dari bed, “kita bisa mandi bareng kan ?”

Mama menoleh padaku, lalu mengangguk sambil tersenyum. Kemudian Mama mengeluarkan sebotol sabun cair, sikat gigi dan odol dari tas kecilnya. Mungkin Mama memang sudah merencanakan semuanya ini sebelum meninggalkan rumah tadi. Terbukti dengan dibawanya sabun, sikat gigi dan odol itu.

Dan kami melangkah ke kamar mandi hotel, dalam keadaan sama-sama telanjang.

Di dalam kamar mandi memang disediakan sabun kecil, odol kecil, sikat gigi dan dua helai handuk putih.

Sebelum mandi, kuambil sikat gigi yang disediakan hotel itu. Sementara odolnya kuminta dari Mama, karena kurang suka melihat odol murahan yang disediakan oleh hotel itu.

Aku pun lalu menyikat gigi sebersih mungkin, sementara Mama mulai membasahi tubuh telanjangnya dengan pancaran air hangat dari shower. Aku, yang sedang menyikat gigi di belakang Mama, merasa terangsang lagi ketika memperhatikan bokong semok Mama itu. Dan pada waktu sedang berkumur, aku semakin terangsang ketika memperhatikan Mama yang sedang membersihkan kemaluannya dengan sabun cair dan semprotan air hangat shower.

Tanpa keraguan lagi aku mendekap pinggang Mama yang basah dari belakang. Sementara penisku yang sudah ngaceng lagi ini menempel di bokong Mama.

Tanpa memutar badannya, Mama memegang penisku sambil bersuara, “Sudah ngaceng lagi Sam ?”

“Iya Mam... “ sahutku sambil menggerayangi selangkangannya dari belakang. Lalu mendaratkan kedua tanganku di permukaan kemaluan ibu tiriku.

Dan Mama tahu benar apa yang harus dilakukannya. Ia melangkah ke washtafel. Di situ ia membungkuk sambil memegang bibir bak washtafel, dengan bokong ditunggingkan dan kedua kaki direnggangkan.

“Ayo masukin lagi dari situ, “ ucap Mama yang sedang membelakangiku.

Tangan kananku pun meraba-raba selangkangan Mama dari belakang, sementara penisku dipegang oleh tangan kiriku.

Tak sulit bagiku untuk menemukan liang kemaluan Mama. Lalu kubenamkan penisku ke dalam liang kemaluan yang masih basah oleh air sabun itu.

Meski persetubuhan ini dilakukan sambil berdiri, ternyata rasanya lebih fantastis daripada waktu di atas bed tadi. Karena aku bisa mengentot Mama sambil menepuk-nepuk bokongnya yang gede ini. Terkadang tanganku pun bisa meraih toket Mama yang bergelantungan.

Dan yang jelas, kali ini durasinya jauh lebih lama daripada waktu di atas bed tadi... !



Setelah persetubuhan kedua ini selesai, kami pun benar-benar mandi sebersih mungkin. Kemudian kami tinggalkan hotel yang bersatu dengan mall itu.

Kebetulan foodcourt masih pada buka. Sehingga kami bisa makan dulu di salah satu counter.

Kemudian kami tinggalkan mall itu.

“Nanti di rumah kita harus bersikap seperti biasa aja ya Sam, “ kata Mama ketika aku sudah mengemudikan mobilnya kembali di jalan aspal.

“Iya Mam. Tapi kalau aku kepengen lagi nanti gimana ?” tanyaku.

“Nanti Papa bakal sering nginap di luar kota. Kalau Papa sedang di luar kota, kamu kan bisa menyelinap ke kamar Mama, tapi saudara-saudaramu jangan sampai ada yang tau. “

“Iya Mam. “

“Mmm... bagaimana kesannya setelah merasakan memek mama tadi ?”

“Luar biasa enaknya Mam. Kayaknya sih aku bakal ketagihan. Hehehee... “

Mama memegang tangan kiriku sambil berkata, “Mama akan semakin sayang padamu, Sam. “

“Sama Mam. Aku juga akan semakin sayang kepada Mama. “

Setibanya di rumah, Mama langsung masuk ke pavilyunnya, sementara aku langsung naik ke lantai dua.

Kulihat pintu kamar Mbak Ayu tertutup. Aku pun mengendap-endap masuk ke dalam kamarku. Lalu menutupkan kembali pintu, sekaligus menguncikannya.

Aku memang tak mau diganggu dulu oleh Mbak Ayu. Karena fisikku takkan memungkinkan untuk melakukan “sesuatu” seperti yang dimintanya kemaren.

Tapi baru saja aku merebahkan diri di atas tempat tidur, Mbak Ayu mengetuk pintu perlahan-lahan. Terdengar pula suaranya, “Sam.... Saaam... Saam... !”

Tak tega juga rasanya mendengar suara Mbak Ayu yang seperti memohon begitu. Akhirnya aku turun dari bed dan membuka pintu kamarku.

Mbak Ayu masuk ke dalam kamarku sambil berkata, “Kok dikunci pintunya ? Biasanya kan nggak. “

“Aku letih sekali, Mbak. Tadi pulang kuliah langsung disuruh nyetir sama Mama. Mana jalanan lagi macet pula... “ sahutku sambil duduk di pinggiran tempat tidurku.

“Mama ngajak ke mana ?”

“Belanja ke mall. Terus ke sana-sini. Pokoknya bikin letih Mbak. “

Mbak Ayu mencium bibirku, lalu berkata, “Owh... pantesan lama. Aku punya berita bagus lho. “

“Berita apa ?” tanyaku sambil mengelus paha putih Mbak Ayu yang tersembul di belahan kimononya.

“Tadi aku udah disuntik. Kata dokter, suntikan itu akan bertahan selama enam bulan. Berarti selama enam bulan kamu boleh mmneyetubuhiku sepuasnya. Dan takkan membuatku hamil. “

“Wow... Mbak pakai alesan apa sama dokter itu ? Alesan udah punya suami tapi gak mau hamil dulu ?”

“Nggak. Aku bilang punya pacar tapi udah sering menggauliku. Setiap bersetubuh selalu pakai kondom. Sedangkan aku nggak suka pakai kondom begitu. Makanya minta disuntik. Kebetulan dokternya mau menyuntikku. “

“Kalau gitu... besok aja ya Mbak. Jangan sekarang. Soalnya aku sedang letih sekali. Main sama perawan kan butuh energi yang bagus. “

“Iya nggak apa-apa. Besok malam sudah pasti kan ?”

“Pasti Mbak, “ sahutku sambil merayapkan tanganku makin ke atas... sampai di pangkal paha Mbak Ayu. Wah... ternyata Mbak Ayu sudah mempersiapkan diri... tanganku menyentuh kemaluan plontosnya yang tidak mengenakan celana dalam.

Mungkin dia sudah membayangkan enaknya diperawani olehku.

Dan begitu menyentuh kemaluan tembemnya, penisku pun langsung ngaceng lagi... !

Lalu... apakah aku masih tetap akan menolaknya malam ini ?

0 Response to "Cerita Dewasa Rumah Kami Surga Kami"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel