jumpapoker jumpabet togel online terpercaya togel online terpercaya


Situs Agen Poker TerpercayaGameInfoBank SupportMin. DepositLink Daftar
CHAMPIONTOTO (Popular)Situs Bola, Bandar casino, Slot, Togel, Tembak Ikan, poker, Agen Togel, Situs Togel Singapura, Bandar Tebak sekor Bonus New Member 100%, Bonus Cash back 7%, Bonus Rolingan 0.7%, Proses Depo dan Withdraw CepatBCA - BNI - BRI - MANDIRI - CIMB10.000
Agen bloa dan poker online
JUMPA POKER (Recommended)Poker Online, Bandar Ceme, Capsa Susun, Domino QQ, Omaha, Super 10Bonus New Member 50%, Bonus deposit harian 10%, Bonus Cashback up to 0,5%, Bonus Referral 15%BCA - BNI - BRI - MANDIRI - CIMB10.000
Agen taruhan bola online
Situs Agen Bola TerpercayaGameInfoBank SupportMin. DepositLink Daftar
JUMPABET BET (Safety)Sportsbook, Live casino, Live Games, Game Tembak Ikan, dan TogelSitus Taruhan Online Terpercaya di indonesia saat iniBCA - BNI - BRI - MANDIRI - CIMB25.000
Agen Bola Online
JUMPAPOKER (Top)Sportsbook, Live casino, Live Games, Game Tembak Ikan, dan TogelSitus agen bola online terbaik dengan proses depo wd tercepat di indonesiaBCA - BNI - BRI - MANDIRI - CIMB25.000
Klik 4d isin 4d

Cerita Dewasa JUMPAPOKER - Tanah Dewata PART 1

Cerita Dewasa JUMPAPOKER - Tanah DewataPart 1. Dalem Bedahulu

Di Balairung Kerajaan Gelgel berkumpul sang Dalem dan para senapatinya.

"Majapahit adalah kerajaan yang besar, gemah ripah loh jinawi, rakyatnya tentram, rajanya berkuasa dan berwibawa, wilayahnya luas subur dan makmur. Menurut batik, usulan Ki Bima Sakti terlalu beresiko Paduka Dalem. Batik mohon Paduka mempertimbangkannya lagi." Senapati Kuturan memohon.
*Batik = hamba/saya di hadapan orang yang lebih berkuasa
*Dalem = sebutan pada seorang raja di Bali

"Hmmm..." Sang Raja yang bergelar Sri Astasura Ratna Bhumi Banten tampak berpikir serius. Aura kewibawaan sebagai raja membuat seluruh balairung terdiam. "Bagaimana menurutmu Grigis?"

"Batik rasa, pendapat Senapati Danda ada benarnya. Majapahit memang berkekuatan besar, rakyat dan prajuritnya banyak juga hidup dalam kemakmuran namun prajurit dan panglima yang cakap bertempur hanya terkumpul di Wilwatikta. Adipati penguasa di timur Wilwatikta tidak begitu cakap. Batik bisa mengerahkan pasukan menggempur terlebih dahulu."
*Senapati Danda = Menhankam di zaman sekarang

"Tapi mereka memiliki Mangkubumi yang sangat kuat," potong Sang Raja.

"Benar Paduka. Maha Mentri Mada memang sangat kuat dan cakap dalam bertempur. Namun satu orang tidak akan mampu melawan pasukan kita yang kekuatannya merata. Kita memiliki Ki Gudug Basur yang sakti dan teguh (kebal), juga Ki Tambiak yang dulu pernah membunuh banyak pasukan kita, Ki Tunjung Tutur dan saudaranya Ki Tunjung Biru, Ki Kopang yang pernah menjabat panglima Selaparang dan masih banyak lagi. Kekuatan kita begitu merata, begitu reket. Batik yakin, pasukan Paduka Dalem akan menang jika bertempur dengan Majapahit.
*Reket : kompak/bersatu




"Bagaimana pendapat senapati yang lain?" Sang Raja memandang satu per satu bawahan yang mengelilinginya. Hampir semua senapati setuju, kecuali Ki Mabasa Sinom yang menjabat Senapati Kuturan dan Ki Balung Sinkal yang menguasai wilayah Taro yang tidak setuju.
*Senapati Kuturan = Mendagri

"Memberontak pada Majapahit sama dengan melawan tradisi leluhur. Penguasa kita diangkat oleh Raja Daha. Ratu Tribuwana merupakan Bhre Daha, Junjungan langsung kerajaan kita." Senapati Kuturan berusaha mengingatkan Sang Raja.

"Daha? Singasari? Bukankah Kerajaan Gelgel ini sudah berdikari sejak Paduka mangkat Bathara Çri Maha Guru? Lagi pula, raja pertama Majapahit, Nararya Sangramawijaya, bukanlah keturunan raja Daha, bukan begitu Paduka Dalem?" Ki Bima Sakti mempertahankan pendapatnya.

Sang Raja mengangguk dan tersenyum. Dengan suara lantang, Paduka Dalem Gelgel bertitah, "Sejak zaman ayah dari ayahku, kita sudah berdiri sendiri. Penunjukan raja tidak dilakukan oleh Raja Daha, apalagi Majapahit yang baru ada kemarin sore.mulai saat ini, kita akan menentang Majapahit. Kita adalah kerajaan yang kuat. Kita tidak akan kalah. Biarlah Majapahit bilang kita pemberontak tapi kita akan rebut kembali kekuasaan kita dari Majapahit." Sri Astasura Ratna Bhumi Banten menghunus keris pusakanya dan menunjuk pada Ki Bima Sakti dan Ki PasungGrigis, "Senapati Danda dan Mangkubumi, siapkan pasukan sebanyak mungkin dibantu tumenggung, bendesa dan mentri lainnya."

Kedua Senapati yang ditunjuk menyembah dan menganggukan kepalanya.

Giliran Senapati Kuturan yang ditunjuk dengan keris oleh Sang Raja, "mulai hari ini, tidak ada lagi upeti kepada Majapahit."

Ki Mabasa Sinom, menyembah dan mengangguk pada junjungannya.

"Dan Ki Balung Singkal..." Sang Raja memandang tajam pada penguasa Taro itu, "apakah prajurit Taro memihak pada Gelgel atau Majapahit?"

Seketika Ki Balung Singkal melepaskan keris dan gelung tangannya. "Pasukan, harta, bahkan nyawapun akan batik serahkan pada Paduka Dalem."

"Baiklah, kita akan merubah haluan, menuju kejayaan!" Sang Raja berteriak ambil mengangkat tinggi keris pusaka, diikuti oleh gemuruh teriakan para senapati setianya.


****PTD****​

Trowulan




Siang itu, seorang lelaki berjalan terburu-buru untuk menemui penguasa Majapahit, Tribuawana Tungga dewi. Di sebelahnya berjalan seorang lelaki tinggi gempal dengan gelung tangan terbuat dari emas murni. Bukan sebuah kebetulan pada hari itu juga di balairung Majapahit berkumpul para ksatria Wilwatikta bersama Dyah Gitarja. Mereka tampak sedang membicarakan hal yang penting. Beberapa dari mereka bahkan berbisik saat mengucapkan kata tertentu. Terkadang nada tinggi penuh amarah keluar dari salah satu ksatria itu. Dyah Gitarja, atau yang lebih dikenal sebagai Tribuawana Tungga dewi, tampak berpikir keras. Dia duduk tegak di atas singasananya. Alisnya berkerut memperhatikan para ksatrianya berdebat panjang lebar tak kunjung henti. Sebuah tawa terkekeh, menyadarkan Dyah Gitarja dari buaian pemikirannya.

"Mengapa kau tertawa, Damar?"

"Aku hanya merasa geli, kakak. Salah satu dari mereka bilang pengawal upeti dari Gelgel dirampok, ada juga yang berkata tenggelam di Segara Rupek. Aku yakin semua tidak benar."
Segara Rupek = laut sempit, penyebutan selat yang memisahkan Jawa-Bali pada zaman itu.

"Jadi? Apa pendapatmu?"

"Menurutku, mereka tidak akan membawa upeti itu kemari. Tidak mungkin upeti terhambat sampai empat sasih tanpa ada alasan atau utusan dari mereka. Mereka tidak mengakui kekuatan dan kekuasaan Majapahit. Cepat atau lambat, kakak harus bertindak," jawab Arya Damar dengan tenang.

"Hmmm... baiklah, sebaiknya kita tunggu Mangkubumi dan telik sandi yang dikirimnya."
* telik sandi = mata-mata

Mendengar ucapan sepupunya, Arya Damar atau yang lebih dikenal sebagai Adityawarman di tanah Andalas hanya mengangguk dan melipat tangannya di dada. Sementara Rakyan Kanuruhan, Rakyan Demung dan Rakyan Rangga masih berdebat tentang upeti dari kerajaan Gelgel yang sudah empat bulan tidak datang.

"Lapor paduka," dua orang laki-laki berlutut dan menyembah belasan meter di depan Dyah Gitarja, "batik datang melapor bersama telik sandi dari tanah Bali."

"Berdirilah paman. Apa yang sebenarnya terjadi di tanah seberang, Mangkubumi?"

"Ampun Paduka, menurut pasukan telik sandi yang hamba sebar di Bali, penguasa Gelgel tidak mengakui Majapahit sebagai penerus Kerajaan Daha. Mereka menganggap Paduka mangkat Sira Sang Rama Wijaya pendiri Majapahit bukanlah keturunan raja Daha namun keturunan Galuh. Mereka berkata Sang Rama Wijaya mencari perlindungan pada Paduka mangkat Maha Prabu Kertanegara karena kalah perang dengan saudara lain ibu. Tanpa bantuan Arya Wiraraja dan prajurit Tartar, Paduka tidak akan bisa mengalahkan Jayakatong. Kekuasaan Majapahit hanyalah semu. Didapat dengan bantuan Adipati Madura, membalas tuba pada pasukan Tartar dan mengaku-aku sebagai raja penerus Daha. Mereka hanya mengakui Maha Prabu Kerta Negara sebagai junjungannya, kerajaan Daha sebagai hulunya. Saat ini mereka adalah karajaan yang 'beda hulu'. Saat ini mereka sedang menyusun kekuatan untuk menyerang ke tanah Majapahit. Dari berita yang hamba dengar Blambangan sudah takluk pada Gelgel."
*Beda hulu > beda asal/ beda atasan/ beda pimpinan >> pemberontak

Laporan Mangkubumi membuat geger seisi balairung. Seketika suasana tegang menyelimuti setiap lelaki yang ada, kecuali sang Mangkubumi dan Arya Damar yang tebakannya terbukti benar. Raut wajah Dyah Gitarja berubah drastis mendengar laporan Maha Mantri-nya. Pipinya menggembung, matanya mendelik, kulit mukanya berubah merah. "Lancang!" Dyah Gitarja berdiri dan menunjuk ke awing-awang. "Dasar tidak tahu diuntung! Apa mereka lupa?! Atau mereka bodoh?! Maha Prabu Kertanegara adalah kakekku. Aku masih keturunan langsung beliau!" Penguasa Majapahit itu berjalan mondar-mandir di depan singasananya. "Damar, apa pendapatmu?"

"Yah... seperti yang kukatakan tadi, kakak harus mengambil tindakan. Kerajaan beda hulu ini tidak bisa dibiarkan. Jika Adipati lainnya mendengar ini, harga diri kita akan jatuh. Pagaruyung, Melaka, Dharmasraya, Pajang, Mataram dan lainnya mereka pasti akan ikut memberontak. Satu atau dua pemberontakan bisa dipadamkan, tapi bagaimana jika serentak?"

"Hmmmm..." Dyah Gitarja menganggukan kepalanya, "bagaimana pendapat paman Mangkubumi?"

Lelaki tinggi besar dengan rambut panjang digelung yang tadi melapor berjalan mendekati Dyah Gitarja. Dengan Arya Damar yang berdiri disampingnya dan Mangkubumi di sisi lainnya, tampak diskusi ini hanya antara mereka bertiga. "Menurut batik, Kita harus segera mengumpulkan pasukan. Beri titah pada Ra Hino untuk menyiapkan pasukan. Ra Halu untuk menyiapkan perbekalan dan makanan. Ra Demung dan Ra Kanuruhan untuk menyiapkan senjata. Kita butuh bantuan pasukan dari Galuh, dari Kahuripan dan Andalas..." Mangkubumi terdiam sesaat dan memandang Arya damar yang kemudian mengangguk, "kita harus bergerak cepat ke wilayah selatan dan bersembunyi di huan untuk bersiap menyerbu ke Blambangan. Semua harus siap dalam tiga sasih. Setelah Blambangan kita kuasai barulah kita menyebrang dan menyerang dari barat. Kita hancurkan pertahanan mereka dari pesisir barat hingga Sukawati. Jika Sukawati bisa kita kuasai, batik yakin, mereka akan kalah dengan mudah."
*Ra = Rakyan

"Rakyan Mantri Hino, siapkan pasukan sebanyak mungkin, kirim utusan ke penjuru tanah Jawa, kita membutuhkan mereka. Rakyan Mantri Halu, siapkan perbekalan dan makanan untuk pasukan yang terkumpul, berapapun itu, aku tidak ingin pasukanku ada yang kelaparan saat perang. Rakyan Demung dan Rakyan Kanuruhan, perintahkan seluruh pandai besi yang ada di wilayah kita untuk membuat senjata bagi pasukan kita. Aku ingin semua dilakukan dalam dua sasih. Kita akan memberi raja pemberontak (bedahulu) itu pelajaran."

"Siap Paduka!" keempat Rakyan yang diperintahkan menjawab serempak.

"Rakyan yang lain, aku ingin kalian membantu persiapan perang ini."

"Siap Paduka!" seluruh Rakyan di balairung menjawab titah junjungan mereka. Tak berapa lama mereka meninggalkan balairung untuk melaksanakan tugasnya masing-masing. Balairung menjadi sepi, hanya tiga orang yang masih berbicara.

"Damar, tunda kepulanganmu ke Tulembang, aku butuh bantuanmu." BONUS NEW MEMBER TERBESAR

"Aku mengerti kakak. Aku akan mengirim adikku pulang untuk mengumpulkan pasukan. Semua pasukan Andalas siap membantu Majapahit," jawab Arya Damar tersenyum menenangkan sepupunya.

Mangkubumi Majapahit, mengutarakan pembicaraan yang lagi-lagi membuat junjungannya kaget bukan kepalang, "paduka, batik mohon diri untuk pergi ke tanah Bali."

"Apa yang paman Mada katakan? Mereka tidak mengakui kekuasaan kita, bahkan ingin berperang dengan kita. Jika paman Mada datang kesana, bukankah bunuh diri namanya?"


Batik memiliki sebuah siasat. Berita yang batik dengar dari teliksandi, sewaktu Gelgel menyerang Blambangan, serangan bukan dipimpin oleh Mangkubumi Pasung Grigis, tetapi oleh Patih Kebo Iwa. Orang ini, menurut kabar burung, badannya besar dan gagah, tingginya lima hingga enam depa dan juga sakti mantraguna. Tubuhnya tidak mempan oleh senjata, kukunya mampu mengukir dinding padas, dengan sebelah tangan mampu mengangkat puluhan kati. Dia menyerang Blambangan hanya membawa empat orang senapati. Perihal inilah yang membuat batik tertarik. Jikalau memang orang ini sangat sakti, maka dialah yang harus pertama disingkirkan.”

“Tapi paman, bagaimana dengan persiapan pasukan kita?”

“Paduka tenanglah, Ra Hino dan yang lainnya sudah terbiasa dalam melakukan tugas ini. Disamping itu, Arya Damar saat ini ada di sisi Paduka, batik percaya Arya Damar bisa diandalkan,” jawab Mangkubumi Gajah Mada seraya menepuk pundak Arya Damar.

Mendengar pujian Gajah Mada, Arya Damar tersenyum sinis, “begitu ada sesuatu yang menarik kau tidak mau mengajakku eh, Paman Mada? Biarlah aku ikut denganmu, aku juga ingin melihat kemampuan patih dari Bali itu.”

“Hahahahaha!” Gajah Mada tertawa lantang dan berkata, “bukan begitu Damar, aku kesana bukan untuk bertempur. Aku kesana untuk membawanya kemari,” Arya Damar dan Dyah Gitarja kaget mendengar ucapan Gajah Mada. “Nanti kau juga akan melihat kehebatan Kebo Iwa itu. Nah sekarang, batik mohon diri Paduka Raja.”

“Baiklah Paman Mada, kami percaya pada rencanamu. Jalankanlah sesuai kehendakmu.”


****PTD****​

Petang harinya, Arya Damar bergerak cepat mengumpulkan adik-adiknya dan membicarakan persiapan perang. Keenam bersaudara berembuk dalam satu ruangan. Arya Kenceng, Arya Kuta Wandira, Arya Sentong, Arya Beleteng dan Arya Belog mendengarkan dengan seksama instruksi Arya Damar.
*Arya Sanak Pitu, 7 bersaudara arya, 6 tokoh di atas ditambah Arya Cakradara/ Raden Cakradara yang menjadi suami Tribuwana. BANDAR CEME

“Kenceng, esok hari, pagi-pagi sekali, kau pulang ke Tulembang, atas namaku kau perintahkan Demang Lebar Daun menyiapkan seribu kapal dari Malaka, Pahang, Kelantan, Tambralingga, Grahi. Juga kumpulkan lima ribu prajurit pilihan Semenanjung Malaka yang siap bertempur. Aku mau semua siap dua sasih dari sekarang.”

“Baik, kakak.”

“Sentong dan Wandira, besok kalian ikutlah dengan adik Kenceng ke Andalas. Kalian temui saudara Adityawarman, sampaikan bahwa Raja Dewi membutuhkan lima ratus kapal dan sepuluh ribu prajurit dalam dua sasih. Semua harus siap juga dalam dua sasih dan sudah berlayar sampai laut Tuban.”
*Arya Damar adalah penguasa/Adipati Palembang. Adityawarman adalah adipati Pagaruyung. Ada sumber yang mengatakan mereka adalah orang yang sama, ada juga yg bilang mereka orang yang berbeda.

“Kami siap kakak.”

“Kakanda, jikalau aku boleh tahu, kemana kita akan menyerbu dengan pasukan sebanyak itu?” Arya Beleteng tampak penasaran dengan perintah kakaknya.

“Kita akan menuju ke timur, ada seorang raja pemberontak disana. Entah mengapa, tapi aku merasa perang kali ini akan jadi menarik,” jawab Arya Damar tersenyum.

“Kakak… perlukah salah satu dari kita pergi ke Gunung Hutan untuk memberi tahu kakak Cakradara bahwa kita akan berperang dengan Gelgel?”

Arya Damar terdiam sejenak dan dan menjawab, “aku rasa belum perlu mengganggu pertapaan kakak tertua. Gelgel hanya kerajaan kecil, cukuplah kita dan senapati yang ada untuk menghantam raja sombong itu.”

****PTD****​

Saat semua prajurit Majapahit mempersiapkan diri, Mangkubumi mereka menuju ke timur hanya dikawal sepuluh orang bayangkara. Setelah menempuh perjalanan selama tiga hari, Gajah Mada sengaja berbelok arah menuju ke tenggara. Pengawalnya heran dengan junjungan mereka. Bukan tidak mungkin junjungan mereka tak mendengar perihal Raja Blambangan yang telah meyatakan tunduk pada Gelgel. Jika hari ini mereka datang hanya dengan sebelas orang saja, sama dengan mencari mati namanya. TOGEL TERPECAYA

“Maaf paduka, ada yang hamba ingin tanyakan.” Salah seorang bayangkara berjalan di samping Gajah Mada yang menunggang kudanya dengan pelan.

Gajah Mada menoleh pada pengawalnya dan menjawab, “Apa yang ingin kau tanyakan kawanku?”

“Jika hamba tidak salah ingat, jalan ini menuju Kerajaan Blambangan.”

“Ya, kau benar,” jawab Gajah Mada tenang.

“Hamba dengar Blambangan telah bersekutu dengan kerajaan pulau seberang.”

“Itu juga benar,” jawab Gajah Mada masih dengan tenang.

“Bukankah berbahaya jika kita memasuki wilayah ini hanya dengan sedikit pasukan? Mereka sedang mempersiapkan pemberontakan pada Wilwatikta.”

Gajah Mada tersenyum mendengar ucapan pengawalnya. “Kita tidak berlama-lama di wilayah mereka…”

Bayangkara yang tadinya bertanya menghembuskan nafas lega.

“…tapi kita langsung menuju pusat kerajaannya.”

Tidak sampai beberapa detik merasa lega, bayangkara itu kembali kebingungan, “apakah yang tuanku rencanakan?” JOKER GAMING SLOT

“Sudah berapa lama kau ikut dalam pasukan pengawalku?” Gajah Mada malah mengajukan pertanyaan.

“Hah? Ma-maksud tuanku? Janganlah hamba digantikan, hamba bukannya takut, hamba siap mati untuk tuan.”

Lagi-lagi Gajah Mada tersenyum dan berkata, “Tenang kawanku, aku hanya ingin tahu berapa lama kau menjadi pasukan pengawalku.”

“Hamba menjadi pengawal paduka baru enam sasih, sebelumnya hamba adalah telik sandi yang bertugas mengawasi kerajaan Galuh.”

“Hmmm… kau suka berjudi?”

Bayangkara itu menggaruk kepalanya dan menjawab dengan suara pelan, “suka, tuan.”

“Bagus, bagus… bagaimana kalau kita berjudi? Kita bertaruh.”

“Maksud tuanku?”

“Di utara ada hutan, disana banyak ada rusa, aku sudah lama tidak makan daging rusa.”

“Jadi apa yang dipertaruhkan?”

“Bagaimana jika aku bisa membuat Blambangan tunduk pada kita. Bagaimana jika aku mampu menundukan sebuah kerajaan dengan pasukan yang berjumlah sebelas orang ini, apakah kau percaya?”

Bayangkara itu bagai tersambar petir di siang bolong mendengar ucapan junjungannya. Pernah dia mendengar cerita tentang ‘Amukti Palapa’ tuannya itu, tapi ucapannya kali ini sungguh di luar nalar. Sebelas orang termasuk dirinya menuju Blambangan untuk memaksa rajanya kembali mengakui kekuasaan Majapahit. Sebelas melawan ratusan bahkan mungkin ribuan prajurit Blambangan. Sebelas melawan sebuah kerajaan. Dia tahu bahwa junjunganya adalah seorang yang sakti mantraguna, namun jika dikeroyok pasukan satu kerajaan sangat tidak mungkin untuk mendekati kemenangan. Ini mati konyol namanya.

“Bagaimana? Apakah kau percaya?” Gajah Mada mengulang sekali lagi pertanyaannya karena si pengawal hanya terdiam.

“Hamba tahu paduka paduka sakti tiada tanding, hamba siap mengawal paduka hingga kematian menyapa, walaupun dengan sebelas orang ini kita hanya mengantar kepala ada mereka,” jawab si pengawal sambil menggeleng.

Gajah Mada tersenyum melihat kejujuran pengawalnya. “Baiklah, kau akan melihatnya kawanku, aku akan membuat Blambangan tunduk sebelum matahari tinggi esok hari dan jika aku berhasil maka kau akan menangkap seekor rusa untuk makan malamku besok.”

Satu hari, hanya satu hari waktu yang dibutuhkan junjungannya untuk menaklukan sebuah kerajaan. Walaupun tidak besar, pasukan Blambangan bukanlah gabungan petani yang tidak tahu cara bertempur. Para senapatinya terkenal sakti, prajuritnya terkenal gagah berani. Si pengawal sekali lagi menggeleng. Kali ini, entah kenapa keraguan di hatinya hilang. Mungkin ucapan junjungannya yang terdengar meyakinkan atau malah dia penasaran dengan bagaimana cara mangkubumi Wilwatikta itu untuk mengalahkan Blambangan dalam satu hari dan dengan sebelas orang. Untuk sesaat si pengawal memandang kagum pada Gajah Mada.



0 Response to "Cerita Dewasa JUMPAPOKER - Tanah Dewata PART 1"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel