jumpapoker jumpabet togel online terpercaya togel online terpercaya


Situs Agen Poker TerpercayaGameInfoBank SupportMin. DepositLink Daftar
CHAMPIONTOTO (Popular)Situs Bola, Bandar casino, Slot, Togel, Tembak Ikan, poker, Agen Togel, Situs Togel Singapura, Bandar Tebak sekor Bonus New Member 100%, Bonus Cash back 7%, Bonus Rolingan 0.7%, Proses Depo dan Withdraw CepatBCA - BNI - BRI - MANDIRI - CIMB10.000
Agen bloa dan poker online
JUMPA POKER (Recommended)Poker Online, Bandar Ceme, Capsa Susun, Domino QQ, Omaha, Super 10Bonus New Member 50%, Bonus deposit harian 10%, Bonus Cashback up to 0,5%, Bonus Referral 15%BCA - BNI - BRI - MANDIRI - CIMB10.000
Agen taruhan bola online
Situs Agen Bola TerpercayaGameInfoBank SupportMin. DepositLink Daftar
JUMPABET BET (Safety)Sportsbook, Live casino, Live Games, Game Tembak Ikan, dan TogelSitus Taruhan Online Terpercaya di indonesia saat iniBCA - BNI - BRI - MANDIRI - CIMB25.000
Agen Bola Online
JUMPAPOKER (Top)Sportsbook, Live casino, Live Games, Game Tembak Ikan, dan TogelSitus agen bola online terbaik dengan proses depo wd tercepat di indonesiaBCA - BNI - BRI - MANDIRI - CIMB25.000
Klik 4d isin 4d

Cerita Dewasa JUMPAPOKER - GADIS DESA YANG BINAL PART 3

Cerita Dewasa JUMPAPOKER - GADIS DESA YANG BINAL PART 3 - Akhirnya kami keluar dari kamar, aku hanya mengenakan celana pendek dengan t-shirt. lilis mengajakku ke sebuah balai-balai bambu dengan ukuran sekitar 2x2 meter, tampak diatasnya hidangan makan siang telah siap, dengan nasi didalam bakul bambu yg masih mengepul asapnya, daun singkong rebus didalam piring kaleng, sambal yg masih didalam cobek batu, dan dipiring yg lain aku lihat beberapa potong ikan lele goreng. Hidangan sederhana yg sangat membangkitkan selera pikirku, tak sabar aku untuk mengisi perut keroncongan ini, setelah berasik masuk dengan lilis tadi memang cukup menguras tenaga, yg sudah pasti berdampak pada perut ini yg minta diisi.

" Ayo mas, silahkan dimakan.. ya beginilah makanan dikampung, seadanya.. maaf kalau cocok, adanya cuma ini.. " ujar lilis, seraya duduk lesehan diatas dipan, yg segera aku mengikutinya.

" Wah, ini sih luar biasa lis, mantap..." ujarku

Belum sempat kami menuangkan nasi kedalam piring, datang seorang wanita yg usianya kutaksir tak lebih dari 37 tahun, wanita yg cantik, pikirku, kulitnya putih seperti kulit lilis, dengan hidung juga mancung, rambutnya diikat keatas menggunakan penjepit rambut, sehingga memperlihatkan leher dan tengkuknya yg putih mulus, tubuhnya sedikit lebih gemuk dan padat dibandingkan dengan lilis, daster tanpa lengan yg membalut tubuhnya memperlihatkan lengannya yg agak berotot, lekukan tubuhnya bak gitar spanyol dengan bokong yg padat berisi.

" Ini lalapannya..baru dipetik dari kebun " ujar wanita itu, sambil meletakan sebaskom daun-daunan segar yg belum dimasak, entah daun apa itu akupun tak terlalu paham.

Merasa baru pertama kalinya aku bertemu wanita ini, dan seperti biasa untuk sekedar beramah tamah aku menjulurkan tanganku untuk bersalaman.

" Hendi..." ujarku, memperkenalkan diri.

" Komariah.. biasa dipanggil kokom.." ujarnya

" Mbak kokom, kakaknya lilis?" tanyaku, sekedar ingin tau.


Mendengar pertanyaanku itu wanita yg bernama kokom ini hanya tersipu, dan wajahnya yg berkulit putih itu tampak sedikit kemerahan, lalu tumpahlah tawa dari mulutnya, sehingga memperlihatkan deretan gigi putihnya yg berjejer dengan rapi, karuan membuat aku celingukan kebingungan karna tak mengerti dengan sikap mbak kokom ini, sebelum akhirnya lilis nyeletuk.

" Itu kan mamih, ibu lilis, yg tadi diluar mecahin batu, kan mas hendi sudah liat atuh..." ujar lilis, juga sambil tertawa.

" Astaga.. maaf bu, maaf.. saya enggak tau.. habis tadi waktu diluar wajah ibu tertutup pakai kain, jadi saya enggak ngenalin.." ujarku meminta maaf.

" Ah..enggak apa-apa mas, mamih malah GR tuh, hi..hi..hi.." celetuk lilis, yg langsung dicubitnya lengan lilis oleh ibunya itu.

Jadi rupanya ini wanita pemecah batu tadi, yang oleh lilis biasa dipanggilnya mamih, seperti sebagian besar warga desa itu dalam menyebut ibunya, aku pernah menyebutnya mami, namun oleh lilis diralat, menurutnya bukan mami, tetapi mamih, pakai "h", aku hanya tersenyum, apa bedanya, kubilang, tapi malah dia bilang begini "beda dong mas, kalau mami itu kan untuk orang-orang kaya, seperti papi,mami gitu, kalau mamih, itu sebutan ibu untuk orang sini.." begitu menurutnya, ah, terserahlah, pikirku, apa pentingnya.

Benar-benar tak kusangka si mamih ini, wanita secantik ini melakukan pekerjaan kasar yg sepantasnya dilakukan oleh seorang pria, yah, itulah keadaan, yg membuat dia memang harus melakukan pekerjaan seperti itu, demi untuk menyambung hidupnya, benar-benar wanita yg perkasa, pikirku.

Secara pisik, kokom tak kalah bila dibandingkan dengan istri-istri pejabatan dan pengusaha kaya dijakarta, hanya nasiblah yg membedakan, dan kokom hanyalah istri seorang mantan kuli bangunan yg sekarang nyaris lumpuh karna kecelakaan kerja yg dialaminya, kokom termasuk seorang istri yg setia yg tetap mendampingi suaminya itu, walaupun bisa saja dia mencari laki-laki lain yg lebih mapan, toh penampilan kokom masih sangat mendukung untuk itu.

Akhirnya kami menikmati makan siang, sementara kokom meninggalkan aku berdua dengan lilis, nikmat sekali makanan yg disediakan oleh kokom ini, walaupun hanyalah hidangan sederhana, namun begitu pas dilidah ini, mungkin karna semua hidangan ini memang masih segar dan dihasilkan dari proses pertumbuhan yg berlangsung secara alami, seperti nasi yg kumakan ini dihasilkan langsung dari persawahan disekitar sini dengan sistim pertanian yg alami, bukan dengan teknologi kimiawi dengan maksud agar pertumbuhan menjadi lebih cepat, sehingga mengabaikan kualitas dan rasa dari nasi itu sendiri, dan masaknyapun dengan cara diliwet, bukan dengan rice-cooker listrik, begitupun dengan daun-daunan ini begitu segar dan cocok sebagai teman sambal, lalu ikan goreng ini, yg pasti baru saja diambil dari kolam belakang rumah, rasanya pun begitu pas dilidah, berbeda dengan ikan goreng yg sering aku makan dirumah makan, yg rasa bumbunya begitu mendominasi, sehingga justru menghilangkan cita rasa ikannya sendiri. Yah, memang disini semuanya terasa alami, begitu organic dan natural, begitu pula dengan lilis yg telah aku buktikan sendiri tadi, begitu organic dan natural, ah, keterlaluan sekali aku, menyamakan lilis dengan makanan.

Sementara diluar mulai terdengar lagi suara ketukan palu yg menghantam batu, rupanya kokom telah kembali dengan tugas rutinnya.

Setelah menghabiskan 2 piring nasi dengan 2 potong ikan goreng, akupun duduk diteras rumah sambil menikmati sebatang rokok ditemani lilis. Tiba-tiba ponselku berbunyi, rupanya herman menelponku.

" Gimana bro..cocok enggak? " Tanya herman, dari ponselku

" Yah, boleh lah.." jawabku santai, sambil melirik lilis yg sedang menyapu lantai teras

" Boleh apa boleh? " Tanya herman lagi, sedikit menggoda

" He..he..he.. mantaaaaaappp... tau aja lu ada tempat asik disini.." jawabku, kali ini setengah berbisik

" Ya tau dong..., herman gitu looohhh...,ha..ha..ha.. oke deh selamat bersenang-senang bro.." ujar herman, seraya menutup pembicaraan.


Smartphone yg masih dalam genggamanku tak langsung kuletakan, kukotak-katik sejenak untuk membuka jaringan internet, sial, ternyata jaringan internet didesa ini kurang bagus sinyalnya, lalu kulihat lilis yg masih menyapu, dengan iseng kurekam dengan ponselku, agak salah tingkah lilis melihat apa yg kuperbuat.

Beberapa saat kemudian kusudahi merekam lilis dengan adegan menyapunya, kulihat hasilnya sambil sesekali tersenyum, rupanya lilis penasaran dan menghampiri aku untuk menyaksikan hasil rekamannya, setelah tayangan video lilis selesai, lilis memintanya untuk diputar lagi dari awal. Aku turuti permintaannya, kelihatannya dia sangat tertarik dengan rekaman dirinya itu, kucari file video yg dimaksud, tetapi ternyata aku salah memutar file video, dan justru file video porno yg kusimpan di ponselku yg kuputar, lilis sempat melihat, dan dengan cepat aku matikan, dan setelah kudapatkan file video yg diinginkan aku tekan tombol play, kembali layar monitor ponselku menayangkan rekaman video lilis yg sedang menyapu, yg langsung kuserahkan pada lilis.

" Mas, coba video yg tadi diputer dong..! " pinta lilis, setelah selesai menyaksikan tayangan video dirinya yg sedang menyapu.

" Video yg mana..? tanyaku

" Itu, yg tadi, video orang lagi gituan.." ujar lilis, mengertilah kini aku, apa yg dia maksud, seraya aku kutak-katik sebentar ponselku dan kuputar file video porno, lalu kuserahkan ponselku pada lilis

Dengan serius lilis menyaksikan tayangan video yg berdurasi cukup panjang itu, giliran aku yg bengong sendiri sambil menikmati rokok sampurna A-mild kegemaranku. Ah, biar saja lah.., pikirku, sukur-sukur dia terobsesi dengan adegan-adegan divideo tersebut, dan minta untuk direalisasikannya denganku nanti, sehingga akan lebih inovatif dan variatif he..he..he..

" Emang belum pernah nonton film gituan lis..? " tanyaku, yg hanya dijawab dengan gelengan kepala oleh lilis, sambil pandangannya tetap tertuju pada layar monitor ponsel, kampret.., pikirku.



Dengan meninggalkan lilis yg masih sibuk dengan "mainan barunya", aku berkeliling sendiri disekitar halaman rumah yg cukup luas itu.

Setelah kuperhatikan ternyata jarak antara rumah yg satu dengan rumah lainnya didesa ini cukup jauh, sekitar 100 meter baru terlihat rumah tetangga. Lalu aku menuju kebelakang rumah, dan dengan melalui jalan yg agak menurun, aku menuju kekolam ikan ayah lilis, disana ayah lilis masih sibuk dengan ikan-ikan peliharaannya, entah apa yg dilakukannya, kuhampiri laki-laki kurus setengah baya itu, dengan terlebih dulu kutawarkan rokok, maksudnya untuk mengakrabkan diri. yg akhirnya cukup lama aku terlibat perbincangan dengannya, tentang ikan-ikan peliharaannya ini, termasuk proses pemeliharaan, pembibitan dan juga pemasarannya, lengkap dengan harga dan keuntungannya, sampai obrolan tentang desa ini dengan segala kehidupannya, bahkan tentang kehidupan pribadinya yg ternyata dulu pernah bekerja dibeberapa proyek dijakarta sebagai buruh kontrak. dan dari ceritanya pula aku ketahui bahwa ternyata lilis masih mempunyai seorang kakak laki-laki berusia 20 tahun yg bekerja dijakarta sebagai buruh bangunan. Ayah lilis ini, yg kuketahui bernama kosasih, atau biasa dipanggil dengan pak engkos, ternyata sosok yg enak untuk diajak ngobrol, perkataannya polos dan apa adanya, sepertinya tak ada yg ditutup-tutupi.

Setelah beberapa lama aku berbincang-bincang dengan pak engkos, akhirnya akupun kembali kerumah bermaksud menemui lilis. dari arah teras aku dengar suara tawa seorang wanita, yg ternyata adalah suara kokom, ibu lilis, sedang nimbrung duduk disamping lilis untuk turut menyaksikan video porno dari ponselku, kuintip sejenak sebelum aku menghampiri mereka, kulihat kokom yg duduk disamping lilis sambil tangan kanannya menggelendot pada pundak putrinya itu, begitu berbinar kokom menyaksikan video itu, sepertinya baru kali ini dia menyaksikan tayangan begituan, sesekali keluar komentar dari mulutnya, kemudian diselingi dengan tertawa, namun begitu melihat kehadiranku, kokom langsung berdiri salah tingkah dan segera meninggalkan lilis yg juga masih asik dengan tontonannya.

" Filmnya ada banyak ya mas? " Tanya lilis, yg ternyata telah "diobok-oboknya" video-video simpananku didlm memory card ponsell, pantas belum selesai satu film yg tadi, ternyata dia memainkan file video yg lainnya, yg memang banyak tersimpan disitu.

" Yah, buat iseng-iseng aja.., ngomong-ngomong ibu kamu suka juga ya nonton film gituan?" Tanya ku.

" Bukan suka lagi, tapi getol.. hi..hi..hi.." jawab lilis

" Umur ibumu itu berapa sih lis? Koq keliatannya masih muda sekali.." Tanyaku

" 37 tahun, iya, dulu waktu umur 14 tahun mamih sudah menikah, tapi kalau abah umurnya lebih tua 10 tahun dari mamih.." ujar lilis, pantaslah pikirku, sudah kukira usia kokom memang tak lebih dari 37 tahun.

" Ibu kamu masih cantik ya kom, tadinya aku kira kakak kamu.." ujarku

" Emang kalau cantik kenapa..? naksir ? " ujarnya, dengan perhatiannya masih tertuju pada ponselku.

" Ah, enggak koq.." jawabku, agak gugup

" Kalau naksir, nanti lilis bilangin.." ujarnya, kali ini sambil menatapku, kaget juga aku mendengarnya, dan sepertinya apa yg dikatakannya itu serius, dalam artian bukan sekedar gurauan atau sindiran.

" Ah, jangan lis, malu aku.. ada-ada saja kamu.." ujarku gugup, dan aku masih belum mengerti apa yg dimaksudnya, namun aku mencoba menyimpulkan bahwa maksud lilis adalah menawarkan padaku kalau aku tertarik dengan ibunya, aku bisa saja tidur dengan ibunya itu, namun dengan konsekuensi harus membayar juga tentunya, namun itu hanyalah dugaanku saja, aku masih penasaran, sebetulnya apa yg dimaksud lilis ini, karna aku tidak yakin kalau kokom bisa diajak tidur, sedangkan kokom bukanlah seorang janda seperti lilis, dan dia masih memiliki seorang suami yg juga tinggal dirumah itu, apa mungkin aku tidur dengan sorang wanita bersuami sementara sang suami ada dirumah itu dan dengan sepengetahuannya, ah, gila.. gak mungkin lah.. atau mungkin aku salah tanggap, pikirku.

Aku nyalakan sebatang rokok, kuhisap dalam-dalam. Dan kali ini lilis merapatkan tubuhnya padaku, kali ini tayangan video dari ponselku sudah dimatikan.

" Mas marah ya..? dengan ucapan lilis tadi " ujar lilis, sambil menyandarkan kepalanya dipundakku, rupanya lilis mengira kalau aku tersinggung dengan ucapannya barusan, mungkin dikarnakan aku terdiam setelah itu, padahal diamku itu adalah karna masih berpikir dan menduga-duga didalam hati tentang apa maksud ucapannya barusan tadi.

" Ah enggak koq, emangnya marah kenapa? " jawabku

" Habis, mas hendi koq diam sih..? "

" Ah enggak, cuma bingung aja.."

" Bingung kenapa mas..? "

" Tentang ucapan kamu itu, yg barusan kamu omongin itu lho? "

" Oh, tentang mamih.. lilis enggak ada maksud apa-apa koq mas, lilis cuma mau bilang, kalau mas hendi tertarik sama mamih, mas hendi juga bisa tidur dengannya, seperti mas hendi tidur sama lilis tadi, tapi mas hendi mesti ngasih uang belanja sama mamih, itu sih terserah mas hendi, jangan marah ya mas.." jelas lilis, agak kaget aku mendengarnya, namun aku mencoba bersikap wajar sambil menghisap rokok ditanganku, fantasiku mulai menari-nari, menarikan khayal tentang ibu dan anak yg cantik dan seksi ini untuk kusetubuhi secara bersamaan.

Namun fantasiku kembali buyar, karna ada sesuatu yg menurutku masih mengganjal.

" Tapi bagaimana dengan bapakmu lis.. bisa-bisa dijadikannya umpan ikan aku nanti, kalau dia tau aku tidur dengan istrinya.." ujarku, namun kekawatiranku yg kuutarakan pada lilis itu sebetulnya bukanlah perasaanku sesungguhnya, akupun dapat menganalisa, lilis menawarkan aku untuk tidur dengan ibunya tentu sudah dengan mempertimbangkan berbagai factor, termasuk reaksi ayahnya itu, pastinya dia sadar bahwa ayahnya juga dapat mentolerir semuanya itu, kalau tidak mana mungkin dia berani menawarkan itu. namun aku tetap membutuhkan kepastian.

" Ah, itu sih beres.., mas enggak usah kawatir.. abah sih enggak apa-apa, lagian semenjak abah mengalami kecelakaan dulu, "anu" abah sudah enggak bisa berfungsi lagi, jadi abah enggak akan ambil pusing, malah abah akan senang kalau mamih juga bisa senang hi..hi..hi.."

Lega aku mendengar penjelasan lilis itu, jadi intinya pak engkos bukanlah suatu rintangan.

" Terus, apa kira-kira mamih mau enggak ya, kalau..." belum selesai omonganku itu, tiba-tiba lilis berteriak memanggil kokom yg sedang melakukan pekerjaan rutinnya, memecah batu.

" Miiiihhhh... sini sebentar mih.." teriak lilis, yg dipanggil segera menghentikan kegiatannya, melepaskan kain jarik lusuh yg menutup wajahnya, lalu melangkah menuju kearah kami.

" Ada apa lis..? " Tanya kokom, sambil mengelap keringat diwajah dan lehernya dengan kain yg sebelumnya digunakan untuk penutup wajah dan kepalanya itu.

" Begini mih, ini mas hendi naksir sama mamih, mamih mau enggak nemenin tidur mas hendi? Nanti dikasih uang belanja mih.." Tanya lilis, yg ditanya agak salah tingkah, wajahnya yg putih berubah sedikit memerah, lalu tertunduk dan tersenyum malu. Dari reaksi kokom itu aku sudah dapat menerka apa yg ada didalam hatinya, ya, sepertinya kokom memang mau tidur denganku, sebagaimana yg dilakukan anaknya denganku.

" Yah, mamih sih terserah mas hendi saja, kalau mas hendi suka, saya sih setuju aja.. tapi mamih udah enggak muda lagi, udah enggak seperti lilis.." ujar kokom, sambil tertunduk dengan agak malu-malu, sambil tangannya meremas-remas kain jarik yg dipegangnya.

" Ah, enggak koq mih, mamih masih cantik.. sukurlah kalau mamih mau ..he..he..he.." ujarku, disertai tawa cengengesan, karna merasa bagaikan mendapatkan durian runtuh.

" Udah mih, sana mandi dulu.. dandan yg cantik, biar mas hendi semakin kesemsem hi..hi..hi.." ujar lilis menggoda

" Ah, tapi mamih biar enggak dandan udah cantik koq.." ujarku, mendengar ucapanku itu kokom semakin merah pipinya.

" Ya udah, kalau begitu mamih mandi dulu sebentar.." ujar kokom, yg dengan wajah sumringah segera ngeloyor kedalam JUMPAPOKER

Sepeninggalan kokom, lilis mendekati aku, seraya dengan setengah berbisik berkata.

" Mas, nanti kita main bertiga sama mamih ya..! seperti yang difilm tadi hi..hi..hi.." gayung bersambut, pikirku. Memang sebelumnya aku membayangkan seandainya bisa threesome dengan lilis dan ibunya, tapi itu hanyalah sebatas hayalanku belaka, yg sebenarnya aku tak menuntut untuk itu, tadinya aku berpikir disaat kokom sedang melayaniku, paling-paling lilis keluar, dan begitupun sebaliknya. Dan itu pun bagiku sudah cukup, paling tidak aku bisa merasakan kenikmatan dari ibu dan anak ini, tapi setelah apa yg dikatakan lilis yg katanya ingin "main" bertiga dengan ibunya, sampai bergetar aku mendengarnya, hampir tak percaya, ada untungnya juga aku mempertontonkan video porno dari ponselku kepada lilis, seperti yg kuharapkan dia terobsesi dengan adegan-adegan dalam film itu, semoga masih lebih banyak lagi adegan-adegan lainnya difilm itu yg membuatnya terobsesi, dan ingin diwujudkannya nanti diranjang, ya, semoga. dan otak mesumku mulai menari-nari lagi.

0 Response to "Cerita Dewasa JUMPAPOKER - GADIS DESA YANG BINAL PART 3"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel